Setiap fajar, terlihat dilema seorang laki - laki yang selalu membuatku teriris dalam diri. Ia tidak bersalah, ia hanya merasa melakukan hal yang tepat walaupun sering tidak tepat. Inilah yang dirasakan seorang sulung menghadapai para bungsu keparat yang hanya mau menadah air susu secara serakah dan menganga layaknya mulut laknat!
Ia berjalan jauh bertunggang ular besi setiap harinya untuk mengolah pari menjadi beras dan dinanak sang hawa teruntuk sang kuthuk. Kuthuk-kuthuk inilah tanggung jawab utamanya, segala permintaan mereka bukan sebuah kesalahan karena mereka ini dari benihnya sendiri yang dikandung si penanak hingga menjadi anak. Adalah Kuthuk sulung yang selalu ingin melindunginya, tetapi ia terlalu kuat sehingga kesombonganyapun menutup lemahnya dan selalu berkata "Aku bisa sendiri!". Tetapi selalu kemalangan yang ia dapat, lagi-lagi karena para bungsu laknat itu.
Aku berharap ini tidak menjadi karma untuku. Para bungsuku adalah para bungsu bersayap malaikat walaupun sayap mereka belum begitu kuat. Untuk sang sumber benih kuatlah dan berkatalah "lindungi aku!" jika kau melemah.
Dari Kuthukmu.

dan Aku berkata yang sesungguhnya.